Pada tanggal 4 Juni 2013, sebuah pesawat Boeing 757-200 dari Air China baru mengudara sekitar 20 menit (sumber lain mengatakan 10 menit) dari bandara Chengdu dengan tujuan Guangzhou. Pada ketinggian 8.000 meter (28.000 kaki), tiba-tiba terdengar suara keras. Sang pilot yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi segera menghubungi menara pengawas udara untuk meminta ijin kembali ke bandara Chengdu. Ketika sampai di darat barulah terlihat jika hidung pesawat raksasa tersebut telah penyok ke dalam. Apakah UFO terlibat dalam insiden ini?
Berikut adalah kondisi kerusakan yang dialami pesawat tersebut.
Ketika peristiwa ini terjadi, saya melihat sebuah fenomena lain, yaitu ketergantungan media, termasuk media di Indonesia, terhadap berita yang dihembuskan oleh media tertentu. Bahkan headline beritanya pun tidak dimodifikasi. Tidak bisa disalahkan, jika ada lonjakan traffic terhadap sebuah subjek, celakalah media yang tidak ikut terjun ke dalam arus tersebut.
Hidung sebuah pesawat penyok dan hampir seluruh media mengkambinghitamkan UFO. Dan mungkin yang paling bertanggungjawab dalam pemberitaan ini adalah thesun.co.uk yang memuat berita ini dengan judul: Did Chinese plane have mid-air crash with UFO?
Jika kita membaca judul ini, kita pasti akan mengharapkan sebuah isi berita seperti:
"Sang pilot pesawat menyaksikan sebuah sinar terang menyilaukan yang diiringi oleh munculnya sebuah objek berbentuk piringan yang kemudian menyerempet hidung pesawat. Sesaat setelah itu, objek tersebut tidak terlihat lagi dan cahaya menyilaukan tersebut lenyap"
Jika beritanya seperti itu, wajar jika kata "UFO" dimunculkan dalam headline. Namun kita tidak bisa menemukan isi berita semacam itu. Dari udara hampa, thesun melakukan deduksi yang luar biasa aneh.
Sebenarnya penggunaan kata UFO tidak bisa dibilang salah. Setiap benda terbang yang tidak teridentifikasi bisa dikatakan sebagai UFO. Namun, arah pemberitaan thesun.co.uk jelas. Ini terlihat dari ilustrasi yang ditampilkan dan narasumber yang dihubungi.
Untuk kreativitas, thesun menduduki urutan pertama.
Selain memberikan ilustrasi sebuah piring terbang yang komikal, mereka juga menghubungi NIck Pope, seorang pengamat UFO yang dengan yakin segera berkata "Kasus-kasus seperti ini menunjukkan bahwa, tanpa memandang apakah seseorang mempercayai keberadaan UFO atau tidak, ada masalah keselamatan udara yang serius disini. File lembaga penerbangan dan kementerian pertahanan menunjukkan adanya banyak kasus tabrakan udara yang hampir terjadi antara UFO dan pesawat komersil"
Dengan kata lain, bagi Pope, jelas piring terbang dari planet lain bertanggung jawab atas insiden ini.
Tapi, jika mau jujur, seharusnya media menyadari bahwa peristiwa semacam ini bukan sesuatu yang asing dalam dunia penerbangan.
Dibanding mengambil lompatan deduksi yang luar biasa aneh dengan menuduh sebuah piring terbang, sebaiknya saya memberikan kepada kalian beberapa kemungkinan alternatif atas apa yang terjadi pada pesawat Air China 757-200.
Lalu bagaimana dengan piring terbangnya?
Kalian bisa melupakan itu.
Jika sebuah piring terbang logam berukuran besar dan berkecepatan tinggi menabrak hidung pesawat seperti itu, apakah kita mengira pesawat 757 tersebut masih bisa kembali dengan selamat dan hanya mengalami penyok?
Jadi, sebagai alternatif, saya akan memberikan tiga kemungkinan dan referensi. Saya tidak bisa memastikan apa yang menabrak pesawat tersebut, namun saya tahu pasti kalau peristiwa tersebut bukan sesuatu yang aneh.
Kemungkinan pertama - Hantaman bongkahan es
Peristiwa semacam ini pernah terjadi,
walaupun cukup jarang. Saat terjadinya badai, bongkahan-bongkahan es
bisa menghantam pesawat yang melewatinya. Bongkahan-bongkahan es yang
keras dengan mudah merusak permukaan pesawat.
Namun, bongkahan es ini biasanya muncul
dalam jumlah banyak sehingga kerusakan yang ditimbulkannya akan lebih
parah dan luas, tidak terbatas pada ujung hidung. Permukaan es yang
keras akan membuat cacat permukaan pesawat dan membuat catnya
terkelupas, seperti yang terlihat pada pesawat berikut ini.
Pada sebagian kasus, hantaman es ini juga membuat kaca kokpit retak.
Jadi, apa yang menimpa pesawat Air China kemungkinan bukan diakibatkan oleh bongkahan es.
Kalian bisa melihat contoh kecelakaan akibat bongkahan es pada link berita BBC berikut ini: Huge hailstones cause flight mayhem.
Jika terdapat cacat pada Radome ini, maka tekanan udara yang kuat bisa membuatnya penyok. Cacat yang terjadi bisa diakibatkan oleh sambaran petir atau tabrakan burung pada hari-hari sebelumnya. Seorang pilot pernah bersaksi bahwa hidung pesawatnya penyok hanya karena sepotong paruh burung yang tertinggal di dalam radome pada tabrakan yang terjadi hari sebelumnya.
Salah satu kasus kerusakan internal yang menyebabkan penyok seperti China Air adalah kasus yang dialami oleh Northwest Airlines pada tanggal 7 Juli 2008.
Awalnya, kerusakan ini dicurigai sebagai tabrakan dengan burung. Namun setelah otoritas keselamatan penerbangan Amerika, FAA, menyelidikinya, mereka menemukan penyebabnya karena kerusakan internal.
Jadi, bisa saja itu yang dialami oleh pesawat Air China. Namun masalahnya, jika kita melihat pada hidung pesawat tersebut, terlihat adanya cacat bekas tabrakan di kiri bawah.
Kita memang tidak tahu kapan bekas hitam itu muncul. Bisa saja beberapa hari sebelumnya dan pesawat tersebut belum dicat ulang. Jika demikian kondisinya, maka penyok akibat tekanan udara menjadi penyebab yang mungkin sekali.
Kalian bisa melihat contoh kecelakaan akibat bongkahan es pada link berita BBC berikut ini: Huge hailstones cause flight mayhem.
Kemungkinan kedua - Kerusakan struktur internal pesawat
Hidung
pesawat atau yang disebut radome (Radar Dome) memiliki struktur internal yang unik.
Ia tidak padat seperti bagian tubuh pesawat lainnya karena fungsinya terutama untuk melindungi radar pesawat. Rongga yang
dimilikinya memungkinkannya untuk penyok ke dalam seperti yang dialami oleh pesawat Air
China tersebut.Jika terdapat cacat pada Radome ini, maka tekanan udara yang kuat bisa membuatnya penyok. Cacat yang terjadi bisa diakibatkan oleh sambaran petir atau tabrakan burung pada hari-hari sebelumnya. Seorang pilot pernah bersaksi bahwa hidung pesawatnya penyok hanya karena sepotong paruh burung yang tertinggal di dalam radome pada tabrakan yang terjadi hari sebelumnya.
Salah satu kasus kerusakan internal yang menyebabkan penyok seperti China Air adalah kasus yang dialami oleh Northwest Airlines pada tanggal 7 Juli 2008.
Awalnya, kerusakan ini dicurigai sebagai tabrakan dengan burung. Namun setelah otoritas keselamatan penerbangan Amerika, FAA, menyelidikinya, mereka menemukan penyebabnya karena kerusakan internal.
Jadi, bisa saja itu yang dialami oleh pesawat Air China. Namun masalahnya, jika kita melihat pada hidung pesawat tersebut, terlihat adanya cacat bekas tabrakan di kiri bawah.
Kita memang tidak tahu kapan bekas hitam itu muncul. Bisa saja beberapa hari sebelumnya dan pesawat tersebut belum dicat ulang. Jika demikian kondisinya, maka penyok akibat tekanan udara menjadi penyebab yang mungkin sekali.
Tapi, jika cacat tersebut muncul saat terjadinya penyok, maka penjelasan ini menjadi mentah.
Kemungkinan ketiga - Tabrakan dengan burung
Pihak Air China sendiri memberikan jawaban ini sebagai penjelasan resmi. Namun, beberapa pihak meragukannya karena tiga faktor, yaitu ketinggian pesawat saat terjadi tabrakan (8.000 meter) yang terlalu tinggi untuk seekor burung. Lalu kondisi permukaan hidung pesawat yang bersih dari darah dan terakhir adalah besarnya penyok.
Menurut saya pribadi, jawaban ini adalah jawaban standar yang sangat mungkin.
Akan saya berikan alasannya.
Keberatan Pertama, apakah ada burung yang bisa terbang pada ketinggian 8.000 meter atau 28.000 kaki?
Jawabannya ada.
Gambar di bawah ini diambil dari jeb.biologists.org.
Jawabannya ada.
Gambar di bawah ini diambil dari jeb.biologists.org.
Ada beberapa jenis burung yang bisa terbang melebihi 8.000 meter. Burung Bar-headed goose yang bisa terbang hingga ketinggian 9.000 meter adalah burung yang berasal dari Asia dan ia bisa terbang sampai ke puncak Himalaya dalam tempo 8 jam.
Sebuah pesawat Jet yang terbang pada ketinggian 8.000 meter atau 30.000 kaki akan dengan mudah menjumpai burung ini di udara.
Saya tidak bisa memastikan bahwa burung
ini yang menabrak pesawat Boeing 757 Air China, namun jelas ini adalah
salah satu kemungkinan.
Jadi, keberatan sebagian orang atas tabrakan burung yang berhubungan dengan ketinggian dapat dijawab dengan mudah.
Sekarang keberatan kedua.
Jika tabrakan burung, dimanakah darahnya?
Benar, jika seekor atau sekelompok
burung menabrak pesawat, kemungkinan besar memang akan meninggalkan
bekas darah, bahkan seringkali pemandangan yang terlihat sangat brutal,
seperti yang terlihat di bawah ini.
Tabrakan burung dengan pesawat United Airlines.
Atau tabrakan burung dengan pesawat Delta Airlines berikut ini.
Jelas sekali terlihat adanya bercak darah.
Namun, kondisi hidung pesawat yang
diakibatkan oleh tabrakan burung tidak selalu seperti itu. Misalnya
tabrakan antara pesawat Garuda Boeing 737-800 Jakarta-Palangkaraya dengan seekor burung elang berikut ini. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 21 April 2012.
Pesawat tersebut menabrak seekor burung
elang seberat satu kilogram dan menimbulkan penyok yang hampir sama
persis dengan pesawat Air China 757 dan hanya berbeda ukuran (Perhatikan
bekas penyoknya yang rapi walaupun ditabrak oleh seekor burung).
Sudut benturan mungkin menjadi faktor
ada atau tidaknya darah. Sama seperti pada sebuah kecelakaan lalu
lintas. Pada sebagian kasus, darah bisa terlihat pada kendaraan,
sebagian lagi tidak.
Dalam kasus Air China, bekas tabrakan mengindikasikan kalau tabrakan tersebut tidak terjadi secara frontal. Melainkan hanya menyerempet di kanan bawah hidung pesawat (Soal ini, ilustrasi piring terbang thesun cukup akurat).
Karena struktur hidung atau radome yang berongga, maka terjadilah penyok ke arah dalam seperti yang kita lihat dari fotonya.
Kemungkinan lain adalah, dalam perjalanan turun, pesawat melewati hujan sehingga bekas darah bisa terhapus.
Lalu, keberatan terakhir.
Jika tabrakan itu diakibatkan oleh seekor burung, maka burung apakah yang bisa menyebabkan penyok sebesar itu?
Jika tabrakan itu diakibatkan oleh seekor burung, maka burung apakah yang bisa menyebabkan penyok sebesar itu?
Tidak dibutuhkan seekor burung sebesar kerbau untuk membuat penyok sebesar itu.
Jika saya melempar sepotong agar-agar ke
kepala anda, maka anda tidak akan terbunuh. Namun jika saya melemparnya
dengan kecepatan 900 km/jam, agar-agar itu akan membuat anda tewas
seketika.
Kecepatan gerak objek yang menabrak akan menentukan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya.
Pesawat Boeing 757-200 memiliki kecepatan 0,8 Mach atau sekitar 900 km/jam. Pada saat terbang dengan kecepatan tersebut, seekor burung yang memiliki ukuran seperti Bar Headed Goose bisa menyebabkan penyok sebesar itu. Namun karena tabrakan tidak terjadi secara frontal, maka pesawat tersebut tidak mengalami robek.
Jika tabrakan terjadi secara frontal, maka kemungkinan kita akan menemukan kerusakan yang sangat parah seperti contoh di bawah ini.
Pesawat ini adalah Iberia A340
yang terbang dari Madrid ke San Juan pada tanggal 13 Mei 2012. Seekor
burung Nasar menghantam hidung pesawat dan masuk ke dalamnya (Bekas
tabrakan relatif bersih dari darah).Kecepatan gerak objek yang menabrak akan menentukan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya.
Pesawat Boeing 757-200 memiliki kecepatan 0,8 Mach atau sekitar 900 km/jam. Pada saat terbang dengan kecepatan tersebut, seekor burung yang memiliki ukuran seperti Bar Headed Goose bisa menyebabkan penyok sebesar itu. Namun karena tabrakan tidak terjadi secara frontal, maka pesawat tersebut tidak mengalami robek.
Jika tabrakan terjadi secara frontal, maka kemungkinan kita akan menemukan kerusakan yang sangat parah seperti contoh di bawah ini.
Atau menyisakan sisa tabrakan yang bersimbah darah seperti contoh di bawah ini.
Kesimpulan
Seperti yang saya katakan di awal, saya tidak bisa menyimpulkan apa yang menabrak pesawat Boeing 757 Air China. Namun
saya menemukan bahwa kemungkinan tabrakan dengan burung atau kerusakan
internal jauh lebih besar dibanding tabrakan dengan sebuah piring
terbang.Pesawat Air China mengalami penyok, menyisakan bekas tabrakan kecil berupa bekas guratan hitam. Ini mengindikasikan bahwa apapun yang menabrak pesawat tersebut pastilah sebuah benda kecil dan lunak yang tidak menabraknya secara frontal.
Jadi, tabrakan dengan burung merupakan sebuah jawaban yang sangat masuk akal. Namun, jika guratan pada hidung pesawat sudah ada sebelum tabrakan, maka kerusakan internal menjadi penyebab yang paling mungkin.
Pada masa lalu, pernah terjadi peristiwa kerusakan internal atau tabrakan dengan burung yang meninggalkan bekas kerusakan yang mirip sehingga tidak mustahil hal yang sama terjadi pada Air China.
Berapa banyak kerusakan akibat tabrakan dengan piring terbang di masa lalu yang bisa kita bandingkan?
Jadi, darimana kesimpulan piring terbang atau UFO muncul? Itu yang tidak saya mengerti.
Referensi
Chinadaily.com.cn
Referensi
Chinadaily.com.cn
0 comments:
Post a Comment